SOFIFI, JN – Kontingen khafilah dari tuan rumah Maluku Utara pada event Seleksi Tilawatil qur’an (STQ) Nasional berjumlah 20 orang saat ini fokus mengikuti mata lomba STQN. 20 peserta ini terbagi dua kategori anak – anak dan dewasa.
Persiapan khafilah Maluku Utara sendiri sebelum mengikuti lomba adalah dengan memasukkan seluruh peserta pada pusat pelatihana atau traning center (TC) selama tiga bulan yang berpusat di Asrama Haji Kelurahan Ngade Kota Ternate Selatan. Selama tiga bulan penuh para peserta dari 10 kabupaten kota ini dibina dan dilatih sesuai mata lomba yang ditentukan panitia.
Pelatihan melibatkan pelatih profesional dari pusat. Hal ini dilakukan dengan maksud agar ada warna baru bagi para peserta untuk meningkatkan semangat dan menambah pengetahuan. Hal ini diungkapkan Pelatih Kontingen Maluku Utara, H. Ibrahim Muhammad saat ditemui jaretnews.com disela-sela lomba, Rabu (20/10) di venue Aula Kantor DPRD Maluku Utara.
” kita sebelumnya sudah melatih para peserta selama tiga bulan dengan mendatangkan pelatih dari pusat, latihan dilakukan per mata lomba. Kami sengaja datangkan pelatih dari pusat agar menambah semangat dan pengetahuan peserta “, aku mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ternate ini.
Diantara peserta dari Maluku Utara, terdapat juara dua pada tingkat Provinsi yang diikutkan dalam pelatihan tersebut. Ini diakui Ibrahim meskipun mereka tidak tampil di event Nasional namun mereka patut dilibatkan karena memiliki kemampuan. Selain itu kata Ibrahim, rata-rata di Maluku Utara masih minim Pondok-pondok Pesantren sehingga kedepan pemerintah harus memperhatikan generasi mendatang untuk disiapkan Qori dan Qori’ah terbaik di Maluku Utara.
” event STQ Nasional ini menjadi tolak ukur pemerintah daerah, agar kedepan harus memperhatikan sekolah-sekolah Pesantren lagi, bisa memberikan rangsangan kepada guru-guru mengaji untuk bisa berkompetisi menyiapkan kaders Qur’ani. Ini harus ada kolaborasi dan sinergitas antara LPTQ dan pemerintah “, ujar Ibrahim.
Lanjutnya, kalau masyarakat memiliki animo yang tinggi dalam hal pengetahuan agama, pemerintah jangan bersikap apatis, harus ada keterikatan sehingga apa yang menjadi harapan pemerintah melalui iven Nasional ini bisa terwujud pada tahun-tahun mendatang. Ibrahim juga akui di Maluku Utara masih kekurangan guru Bahasa Arab, ini mestinya menjadi perhatian kita semua dengan mengembangkan pendidikan formal maupun non formal, jangan ada event seperti ini baru cari pelatih untuk peserta lomba, ini harus menjadi catatan bagi Pemda dan juga LPTQ.
Ibrahim juga katakan, kami tidak pasang target. Menang atau kalah bukan prioritas meski ada keinginan dan harapan untuk menang, namun kata Ibrahim yang terpenting adalah dapat menambah pengetahuan, pengalaman spiritual peserta dan juga dasar agar kedepan lebih baik lagi.
Penulis : Yunda
Editor : Risman Lamitira