SINGKAWANG, JN – Rombongan mahasiswa Program Doktoral Universitas Negeri Makassar (UNM) Sulawesi Selatan, melakukan riset selama 5 hari observasi langsung di wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia.
Dalam studi texamonikal, Nurul Kamaliah Umasangaji salah satu mahasiswi UNM Makasar asal Maluku Utara itu menemukan beragam penomena kehidupan dengan komposisi penduduk yang majemuk yang dapat hidup berdampingan dengan damai, mulai dari suku etnis China Tionghoa, suku Dayak, suku Melayu, bahkan Bugis Makassar.
“Strata kehidupan masyarakat rata-rata menengah kebawah namun berada dalam kehidupan yang damai tenang,” ujar Nurul Kamaliah Umasangaji, melalui rilisnya pada Redaksi Jaret News.com, Senin (08/03/2021).
Mahasiswi asal Ternate itu menambahkan bahwa kehidupan masyarakat banyak di habiskan dengan bertani, berkebun dan anak-anak yang usia produktif laki-laki dan wanita tidak sedikit yang memilih bekerja di luar sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Negara Malaysia melalui darat masuk pintu perbatasan Sambas Kalimantan.
“Sebagian ada yang memilih bekerja di Malaysia melalui jalur legal dan ilegal, bahkan ironisnya ada yang masih umur 17 tahun menjadi TKW karena faktor ekonomi.”kata Nurul.
Lanjut dirinya menyayangkan kondisi masyarakat yang dikarenakan merasa pendapatan sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Indonesia, akhirnya nekad memilih mencari pekerjaan ke negeri tetangga Malaysia walau dengan harus menempuh jalan ilegal melalui jalur tikus.
“Tidak terbayangkan bagaimana nasib mereka tiba di negeri orang, mungkin saja ada yang berhasil tapi tidak sedikit juga yang nasibnya tidak beruntung malah tragis.” pungkas Nurul usai melakukan studi taxonomical.
Ia menambahkan kebetulan dia dan teman- teman lagi studi Taxonomi di Aruk Sambas dan mendapati bagaimana TKI legal dan ilegal balik ke Indonesia.
Olehnya itu dirinya meminta Pemerintah hadir lebih maksimal agar TKI yang ilegal itu dapat dikendalikan dan memperhatikan nasib mereka. (*)
Penulis : Tim
Editor : Risman Lamitira