HALSEL, JN – Peristiwa tenggelamnya KM Cahaya Arafah pada 18 Juli 2022 lalu meninggalkan duka yang mendalam terutama keluarga korban, menyusul terdapat 2 korban yang termasuk dalam 13 penumpang yang dinyatakan hilang sebelumnya, ternyata selamat dari kejadin tersebut.
Pasalnya, kini 2 korban yang berasal dari Desa Dolik kecamatan Gane Barat Utara yakni Faisal Tanisan (54) dan Sumarlina. Hi Hi. Ahmad (29) telah datang melaporkan diri ke Tim SAR Gabungan yang berada di Desa Tokaka pada Jumat (22/7/22).
Hal ini diketahui setelah adanya surat keterangan yang ditandatangani Kepala Desa Dolik Iswandi Ishak dan kedua korban selamat dimaksud, Kepala Basarnas, Fatur Rahman juga membenarkan bahwa mereka berdua telah datang melapor diri ke Tim SAR Gabungan.
Fatur mengakui keduanya mendapat laporan dari Kades Dolik bahwa nama keduanya juga tercatat dalam manifest 13 penumpang hilang dan masih dalam pencarian.
Kedua korban selamat yakni Sumarlina Hi. Ahmad dan Faisal Tanisang, warga Desa Dolik, Kecamatan Gane Barat Utara itu merasa kaget saat mengetahui nama keduanya masuk dalam daftar penumpang KM Cahaya Arafah yang dinyatakan masih dalam pencarian karena hilang saat tenggelam di perairan Tokaka.
Keduanya mendapatkan informasi dari warga dan melalui berita usai peristiwa itu terjadi.
Sulmarlina Hi. Ahmad yang diketahui tidak bisa berenang itu menceritakan, waktu kapal oleng dirinya berupaya untuk mencari pelampung, tapi tak berani melompat keluar dari kapal karena sadar dirinya tak bisa berenang.
Diluar dugaannya ada seorang pria mengulurkan tangannya bermaksud memberikan pertolongan dengan memintanya keluar lewat jendela kapal karena kapal sudah mulai tenggelam.
“Ada laki-laki paksa keluar lewat jendela karena kapal sudah hampir tenggelam tapi saya bilang saya tidak bisa berenang,” ujar Sumarlina di pos Tim SAR Gabungan, Jumat (22/7/2022).
Saat kapal sudah mulai tenggelam, Sumarlina naik di atas dek kapal dan akhirnya nekat melompat ke laut bersama pria tersebut dan berusaha meraih sebuah rakit yang berada tak jauh dari kapal.
“Torang (kami, red) di atas rakit itu sekitar ada 7 orang dan saya gendong seorang bayi,” kata Surmalina.
Surmalina akui bahwa beberapa dokumen penting seperti ijazah dan tas pakaiannya tidak bisa diselamat saat itu. Dirinya kaget kenapa namanya tidak masuk dalam daftar penumpang selamat. Padahal sebelumnya namanya sudah didata oleh Anak Buah Kapal (ABK) bersama penumpang selamat lainnya.
“Setelah nama didata saya langsung pulang karena ada luka juga waktu kejadian itu,” tambah Sumarlina..
Sementara itu, korban selamat lainnya Faisal Tanisan menceritakan dirinya tidak terdata karena langsung menuju ke salah satu rumah warga karena dijemput keluarganya di Desa Tokaka.
Faisal katakan peristiwa itu terjadi dengan cepat saat kapal dihantam gelombang, penumpang sangat panik. Dirinya mengaku tak kuasa begitu melihat masih ada anak-anak dan orang tua yang ada dalam kapal dengan kondisi histeris.
Kondisi kapal yang mulai tenggelam membuatnya tak bisa berbuat apa-apa kecuali berupaya menyelamatkan diri dan tidak membawa barang bawaannya.
Sementara berusaha berenang di air, dirinya menemukan sebuah papan dan digunakannya untuk menyelamatkan nyawanya bersama seorang nenek beserta cucunya.
“Begitu saya dalam air, tiba-tiba ada nenek pegang saya dari belakang bersama seorang cucunya, saya minta nenek itu pegang di bagian kiri dan cucunya di bagian kanan dan kita berhasil berenang sampai ke darat, kaki saya juga luka terkena papan,”kisah Faisal.
Faisal juga mengakui bahwa dengan kejadian ini, dirinya kehilangan selain uang Rp 2 juta, juga handphone serta tas ranselnya yang berisi pakaian. Tapi ia merasa bersyukur karena bisa selamat dari kejadian tenggelamnya KM Cahaya Arafah.
“Alhamdulilah saya bisa selamat atas insiden kecelakaan ini dengan cara berenang,”Aku Faisal, akhiri pembicaraan (*)
Editor : Risman Lamitira