HALSEL, JN – Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, terus menuai sorotan dari masyarakat atas kualitas air yang mengalir ke pelanggan berwarna coklat seperti “kopi susu”.
Kondisi ini terus terjadi dari tahun ke tahun dan sampai saat ini tidak ada solusinya saat banjir melanda air kali Papaloang yang dijadikan sumber air PDAM.
Parahnya jika air kali dalam kondisi banjir, pihak PDAM Halsel langsung mematikan aliran air ke rumah pelanggan untuk mencegah warga mengkonsumsi air kotor seperti yang terjadi pada Senin (25/10/2021).
Akibat dari penghentian tersebut masyarakat Halmahera Selatan, khususnya warga Kota Labuha dan sekitarnya sejak pagi hari hingga siang hari tidak bisa mendapatkan air bersih.
Kondisi ini membuat pihak PDAM Halsel serba salah dan untuk menormalkan kondisi air, PDAM Halsel membutuhkan anggaran sedikitnya Rp 63 Miliar.
Anggaran tersebut untuk membeli alat atau mesin pembersih air PDAM (penyaring red), agar air yang berwarna coklat bisa disaring menjadi jernih.
“Iya tadi itu kita terpaksa matikan aliran air, karena banjir, kalau dipaksakan nanti warga komplain karena kualitas air tidak bagus, dan baru dialirkan kembali setelah kondisi air kali membaik,”tutur Direkrur PDAM Halsel, Soleman Bobote, saat ditemui di ruang kerjanya kepada Jaretnews.com, Senin (25/10/2021).
Pria asal Desa Orimakurunga Kayoa Selatan itu mengaku, jika pihaknya membutuhkan anggaran kurang lebih Rp 63 Miliar untuk memperbaiki kualitas air PAM.
“Kita sudah ajukan ke Pemda, kemarin saya juga sudah ke Balai, pihak balai meminta kita siapkan dokumennya, terutama rencana induk sistem air bersih dan juga data desain, dan itu sementara kita siapkan,” tandasnya. (*)
Penulis : Tim
Editor : Risman Lamitira