ADA banyak rentetan kejadian yang menorehkan lembaran demi lembaran dalam sejarah Islam. Dalam satu lembaran kisahnya, Nabi Muhammad SAW pernah menceritakan kepada para sahabatnya kalau beliau mengenal seorang pemuda yang menjadi salah satu penghuni surga. Padahal dia belum pernah sekalipun menunaikan salat.
Salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Abu Hurairah memberitahu siapa pemuda itu kepada sahabat yang lainnya.
“Ushairim bani ‘Abdil Asyhal ‘Amr bin Tsabit bin Waqsy,” kata Abu Hurairah.
Dialah Amru bin Tsabit. Pemuda yang juga merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari bani ‘Abdil Asyhal. Dia adalah laki-laki yang belum memeluk agama Islam, setelah banyak kaum bani ‘Abdil Asyhal yang telah bertaubat kepada Allah SWT.
Amru bin Tsabit pernah diajak untuk memeluk Islam, namun ia enggan karena kaumnya. Meskipun sebenarnya di dalam hatinya sudah ada dorongan untuk masuk Islam.
Pada suatu hari, ketika perang Uhud terjadi, Amru bin Tsabit bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Di mana kaumku?”
Nabi Muhammad SAW pun menjawab, “Mereka sedang menuju Uhud untuk membela Islam.”
Mendengar jawaban Nabi Muhammad SAW, tergeraklah hati Amru bin Tsabit. Hingga pada akhirnya, dia telah memantapkan hati untuk menerima petunjuk Islam. Amru pun menyatakan keislamanannya pada Nabi Muhammad SAW.
Ketika perang Uhud itu terjadi bersamaan dengan keislaman Amru bin Tsabit, ia dan Nabi Muhammad SAW bergegas pergi dan mengenakan baju perang menuju Uhud untuk berperang bersama kaum Muslim lainnya.
Sesampai di sana, para kaum Muslim kaget dan heran melihat Amru ada bersama rombongan mereka.
“Menjauhlah engkau dari kami, wahai Amru!” kata orang-orang Muslim.
Dengan penuh percaya diri seakan meyakinkan mereka, Amru menjawab, “Aku telah beriman.”
Tanpa banyak tanya, kaum Muslim pun mempersilakannya untuk bergabung bersama mereka dalam perang Uhud, perang membela agama yang kini diyakininya hingga akhir, Islam.
Dengan penuh semangat dan kegigihan, Amru bin Tsabit bertempur melawan musuh. Namun sayangnya, di saat perang berlangsung dan korban-korban mulai berjatuhan, kaum Bani Asyhal menemukan Amru bin Tsabit yang terbaring penuh luka.
“Demi Allah, ini adalah Al-Ushairim,” kata kaum Bani Asyhal.
Dirinya pun dibawa kepada keluarganya dengan keadaan penuh luka. Salah seorang kaum Bani Asyhal bertanya kepada Amru bin Tsabit soal apa yang menyebabkan ia datang ke pertempuran itu. Apakah ia datang untuk membela kaumnya, atau karena Allah SWT dan rasul-Nya?
“Aku datang ke medan perang karena ingin masuk Islam. Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku masuk Islam lalu mengambil pedangku. Aku maju bersama Rasulullah SAW dan aku berperang hingga aku terkena serangan,” kata Amr dengan kondisi yang tidak baik.
Tak lama, napas Amru bin Tsabit berhenti. Dia telah meninggal dunia setelah berjihad di jalan Allah SWT.
Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya ia termasuk penghuni surga.”
Amru bin Tsabit meninggal dengan sedikit amalan yang menjemputnya di momen terbaik atas izin Allah SWT.
Dari kisah ini, kita semua belajar dan dapat mengambil makna baiknya, bahwa Allah SWT sangat-sangat membuka lebar pintu surga bagi umat-Nya. Meski amalan yang dilakukan Amru bin Tsabit sedikit, bahkan belum sempat untuk melakukan ibadah salat, tapi dia telah membuat amalan itu bernilai luar biasa. Ketulusan, keikhlasan, dan kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah SWT. Inilah yang membuatnya menjadi ahli surga. Wallahu alam.
Sumber : Liputan Islami