JAKARTA, JN – Pada hari ini, tepatnya 22 Februari, adalah peringatan Hari Masjid Istiqlal yang menandakan peresmian masjid tersebut pada 22 Februari 1978 silam. Hingga kini, masjid yang berada di Jakarta Pusat ini genap berusia 44 tahun.
Masjid Istiqlal ini adalah salah satu tempat wisata religi paling populer di Indonesia. Masjid yang beralamat di Jalan Taman Wijaya Kusuma, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat itu selain dsebagai tempat ibadah umat Islam juga merupakan salah satu situs cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain itu juga merupakan saksi perkembangan Ibu Kota, sehingga dinilai cukup bersejarah.
Ini fakta-fakta dari keberadaan Masjid Istiqlal yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Masjid terbesar di Asia Tenggara
Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara. Menempati lahan seluas 9,5 hektare, masjid ini bisa menampung +/- 200.000 jemaah.
Masjid ini dibangun pada lahan yang dulu dikenal sebagai Taman Wilhelmina (Wilhelmina Park). Lokasinya dekat dengan Monumen Nasional (Monas) yang merupakan keinginan presiden pertama Republik Indonesia. Nama Masjid Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti “merdeka”.
2. Ide pembangunan Masjid Istiqlal
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, terbesit cita-cita besar membangun sebuah masjid sebagai tempat kebanggan warga Jakarta sekaligus tempat beribadah. Ide pembangunan Masjid Istiqlal pertama kali dicetuskan oleh Menteri Agama RI pertama, KH. Wahid Hasyim dan beberapa ulama.
Pada tahun 1953, KH. Wahid Hasyim bersama H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, dan Ir. Sofwan, serta dibantu sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman, mengusulkan untuk mendirikan sebuah yayasan.
Selanjutnya, pada 7 Desember 1954 berdiri Yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan ide pembangunan masjid nasional tersebut. Lantas, H. Tjokroaminoto menyampaikan keinginan pembangunan masjid pada Presiden Soekarno dan mendapatkan sambutan hangat.
Setelah mendapat persetujuan dan restu dari presiden Soekarno, diadakan sayembara maket Masjid Istiqlal. Presiden Soekarno sendiri yang menjadi ketua dewan juri sayembara maket Masjid Istiqlal.
3. Sebagai simbol kerukunan umat beragama
Masjid Istiqlal adalah simbol kerukunan antar umat beragama karena keberadaannya di seberang Gereja Katedral yang merupakan tempat ibadah umat Katolik.
Ditentukannya lokasi ini diputuskan oleh Presiden Soekarno dengan maksud dan tujuan memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.
Perdebatan antara Presiden Soekarno dengan Wakil Presiden pertama RI, Moh. Hatta sempat terjadi akibat penentuan lokasi.
Presiden Soekarno mengusulkan lokasi pembangunan di bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dan Taman Wilhelmina yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral, dan Jalan Veteran.
Sedangkan Hatta menyarankan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah, yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu dikelilingi kampung-kampung. Ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit.
4. Arsitek non-Muslim
Fakta lainnya adalah arsitek dari Masjid Istiqlal adalah ternyata seorang non-Muslim.
Selaku Ketua dewan juri, Soekarno mengadakan sayembara untuk mencari arsitek Masjid Istiqlal pada 1955. Dari 30 peserta sayembara, tersaring 22 kandidat yang kemudian mengerucut menjadi lima finalis.
Pada Juli 1955, dewan juri yang diketuai Soekarno menetapkan Friedrich Silaban sebagai arsitek Masjid Istiqlal. Menariknya, Friedrich adalah seorang Kristen Protestan yang berayahkan seorang pendeta.
Friedrich berupaya mencari inspirasi desain dengan menjelajahi wilayah Indonesia dan melihat beberapa bangunan masjid di dunia. Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa rancangan masjid itu merupakan asli dan tidak meniru bangunan mana pun.
Patokannya adalah kaidah-kaidah arsitektur yang sesuai dengan iklim Indonesia, serta berdasarkan apa yang dikehendaki umat Islam terhadap sebuah masjid.
5. Makna bangunan Masjid Istiqlal
Selaku Arsitek yang ditunjuk, Friedrich memasukkan banyak simbol yang berkaitan dengan Islam dan kemerdekaan Indonesia pada desain Masjid Istiqlal. Kubah masjid misalnya, berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan RI yakni 1945, termasuk ada ayat kursi yang melingkari kubah tersebut.
Masjid Istiqlal ditopang 12 tiang utama, sesuai tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal. Selanjutnya, ada empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Total lima lantai itu melambangkan lima rukun Islam, jumlah salat wajib dalam sehari, dan jumlah sila dalam Pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia.
Kemudian, terdapat juga menara setinggi 6.666 sentimeter di bagian luar masjid. angka itu melambangkan keseluruhan jumlah ayat dalam Al Quran.
6. Pembangunan selama 17 tahun
Proses pembangunan sempat tersendat karena situasi politik Indonesia yang kurang kondusif, sehingga pembangunan Masjid Istiqlal membutuhkan waktu hingga 17 tahun.
Pemasangan tiang pancang pertama kali dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Prosesi ini disaksikan oleh ribuan umat Islam. Sayangnya, proses pembangunan masjid tidak berjalan lancar setelah pemasangan tiang pertama,
Karena sejak direncanakan pada 1950 sampai dengan 1965, proses konstruksi tidak mengalami banyak kemajuan.
Saat itu, berlaku demokrasi parlementer. Partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Puncaknya pada 1965 saat merebaknya peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid pun terhenti.
Situasi politik membaik pada 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan yang mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tepat pada 22 Februari 1978 atau 17 tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden kedua RI, Soeharto dan digunakan hingga saat ini. (*)
(Sumber : kompas.com)