PALU, JN – Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Kabar duka yang mendalam menyelimuti seluruh umat Islam, terlebih Abnaul Khairaat (anak-anak Allkhairaat, Red).
Ketua Utama Alkhairaat Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri telah Wafat. Habib Saggaf meninggal dunia di Rumah Sakit SIS Aljufri, Selasa (03/8/2021) Jam 15.30 WITA. Cucu Guru Tua itu menghembuskan nafas terakhirnya setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit.
Dikutip dari Alkhairaat Official dan berbagai sumber menyebutkan, Habib Ali bin Muhammad Aljufri yang juga adik kandung Habib Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri membenarkan, sang kakak telah berpulang ke Rahmatullah di Rumah Sakit SIS Aljufri, pada hari Selasa pukul 15.30 WITA.
“Kami berterima kasih kepada semua pihak, termasuk pemerintah, Direktur Rumah Sakit SIS Aljufri dan Anutapura serta seluruh perawat yang sudah berupaya untuk kesembuhan Habib Saggaf,” katanya.
Jenazah Habib Saggaf akan dishalatkan di Lapangan Komplek Alkhairaat, tepatnya depan Gedung Almuhsinin, dan dimakamkan di kompleks Makam Guru Tua (HS Idrus bin Salim Aljufri) bersebelahan dengan Makam Adiknya HS Abdillah Aljfuri, Rabu (04/08/2021).
Habib Saggaf adalah cucu dari Pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri yang lahir pada 17 Agustus 1937 di Pekalongan.
Habib Saggaf adalah seorang ulama mahsyur di Indonesia Timur, khususunya di Sulawesi Tengah. Dalam sejarah Alkhairaat, beliau memegang amanah sebagai Ketua Umum PB Alkhairaat pada tahun 1970. Lalu pada pada tahun 1975, Habib Saggaf menjadi Ketua Utama Alkhairaat menggantikan posisi ayahnya, HS Muhammad Aljufri.
Kepergian Ulama besar di Kawasan Timur Indonesia itu juga telah diterima Ketua MUI Kota Palu Prof Zainal Abidi, dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Alkhairaat Ridwan Yalidjama.
Siapa Habib Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri ?
Dikutip dari Alkhairaat Official, Tribun Palu dan Wikipedia, Habib Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri sangat dihormati masyarakat dan sering dikunjungi para pejabat negara untuk membahas masalah agama dan negara.
Rektor Universitas Alkhairaat 1967–1989 itu memiliki tujuh anak dan tiga istri, Syarifah Ruqayah Al-Jufri (1967), Syarifah Zahrah bin Yahya (1971) dan Syarifah Umnah Ar-Rumi
Aljufri menyelesaikan program Megister dari Universitas Al-Azhar tahun 1967.
Setelah lulus dari Al-Azhar, beberapa saat kemudian ia diangkat menjadi dekan Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Palu dari 1967 hingga 1977.
Pada tahun 1977, ia terpilih sebagai Ketua Ulama Indonesia Dewan dari Sulawesi Tengah .
Selain itu, ia juga menjadi Ketua Umum Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI) di Sulawesi Tengah.
Sejak Wafat ayahnya, Sayyid Muhammad bin Idrus al-Jufri (Ketua Tertinggi Alkhairaat sejak 1969 setelah wafatnya Guru Tua) pada tahun 1974, Aljufri diangkat menjadi kepala tertinggi pada tahun 1974 hingga kini menggantikan ayahnya.
Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri adalah putra sulung dari pasangan Sayyid Muhammad bin Idrus Aljufri dan Syarifah Raquan binti Thalib Aljufri.
Sayyid Saggaf bin Muhammad Aljufri berasal dari marga Ba ‘Alawi sada keluarga Arab Hadhrami bermarga Al-Jufri, Ayahnya adalah seorang ulama bernama Sayyid Muhammad bin Idrus Aljufri, anak seorang ulama besar dari Palu yang merupakan pendiri Alkhairaat, Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri, sedangkan ibunya ulama Wanita keturuan Arab Indonesia.
Sayyid Saggaf sempat bermukim di Pekalongan (1937–1951), kemudian melanutkan dakwah di Kota Palu (1951–sekarang).
Sosok Guru Tua
Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau lebih dikenal dengan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua lahir di Tarim, Hadramaut, Yaman, 15 Maret 1892, dan meninggal di Palu, Sulawesi Tengah, 22 Desember 1969 pada umur 77 tahun, merupakan pahlawan nasional Sulawesi Tengah.
Pada laman Alkhairaat menyebutkan, Guru Tua dikenal sebagai sosok yang cinta ilmu, Tak hanya untuk diri sendiri, ilmu itu juga ia tularkan kepada orang lain.
Salah satu wujud cintanya pada ilmu adalah didirikannya lembaga pendidikan Islam Alkhairaat sebagai sumbangsih nyata Guru Tua kepada agama islam. Alkhairaat didirikan di Palu, Sulawesi Tengah, kala usia Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri menginjak 41 tahun.
Habib Idrus dianggap sebagai inspirator terbentuknya sekolah di berbagai jenis dan tingkatan di Sulawesi Tengah yang dinaungi organisasi Alkhairaat, dan terus berkembang di kawasan timur Indonesia.
Pada tahun 2014, nama Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri juga diabadikan sebagai nama baru bandara Kota Palu, sebelumnya, bernama Bandara Mutiara, perubahan nama bandara ini untuk menghargai jasa serta perjuangan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri dalam menyebarkan ajaran Islam di kawasan timur Indonesia. (NR)
Editor : 134L