SOLUSI UNTUK BIAYA PERJALANAN PETENIS JUNIOR/SENIOR PRESTASI
Oleh : Muhammad Rama Lebe *)
Salah satu faktor utama yang membuat para Petenis Yunior (8-18 tahun) dan Petenis Senior prestasi (18-35 tahun) Indonesia jarang mengikuti Kompetisi tennis yunior/senior prestasi, baik di lingkup regional, nasional apalagi International adalah biaya perjalanan, (termasuk biaya akomodasi dan biaya makan), selama berada di tempat atau di kota dilangsungkannya pertandingan atau turnamen itu.
Bisa dibayangkan, jika seorang petenis yunior/senior prestasi potensial yang berdomisili di Ternate, misalnya, dia akan berpikir tiga empat kali untuk mengikuti pertandingan/turnamen tennis yang akan dilaksanakan di Surabaya, Jakarta atau salah satu kota di Sumatra.
Tingginya biaya perjalanan adalah faktor utama yang telah menyurutkan niat sang petenis yunior ini untuk berangkat.
Padahal, tanpa mengikuti turnamen-turnamen tennis yunior/senior prestasi seperti itu, dia tidak akan pernah bisa mengetahui atau mengukur prestasinya sendiri dengan hanya berandai andai.
Sekalipun mungkin dia dan komunitas tennis yang ada di kotanya itu mengakui bahwa dialah petenis yunior/senior prestasi yang paling Jago, diantara semua petenis yunior/senior prestasi yang ada.
Perjalanan dari Ternate ke Jakarta atau sebaliknya, bisa ditempuh dengan dua cara yaitu dengan naik pesawat udara atau dengan naik kapal laut. Masing masing punya kelebihan dan kekurangan.
Jika memilih naik pesawat, maka harga tiketnya akan jauh lebih besar (kurang lebih 3-4 kali lipat) daripada jika memilih naik kapal laut.
Bisa dikatakan 85-95 persen petenis yunior/senior prestasi Indonesia (berusia antara 8-35 tahun) bukanlah datang dari keluarga yang berkelebihan dari segi finansial. Ini adalah sebab lain mengapa petenis yunior/senior prestasi kita jarang ikut turnamen tennis yunior/senior prestasi yang dilakukan di luar daerahnya.
Sebab lain adalah faktor kepedulian senior-senior mereka yang duduk di kepengurusan Pelti, baik Pelti provinsi maupun Pelti kabupaten/kota. Kalaupun ada senior yang peduli, biasanya terkendala juga oleh “kekurangmampuan” para senior itu dari sisi finansial. Artinya tidak semua pemain tennis senior/veteran itu adalah orang berkelimpahan harta.
Dan kalaupun ada senior yang memang berkelimpahan harta, maka boleh jadi senior ini bukan termasuk orang yang ahli sedekah alias pelit.
Dari sisi Pelti sebagai organisasipun muncul hal yang kurang lebih sama. Ada pengurus yang peduli pada upaya peningkatan prestasi terutama petenis yunior tapi dia bukanlah pengambil kebijakan atau keputusan untuk dapat membantu terkait biaya perjalanan sang petenis yunior/senior prestasi tadi.
Faktor lain adalah tidak semua Pelti propinsi atau Pelti kabupaten/kota itu “kaya” dalam pengertian punya uang kas yang banyak. Hanya Pelti propinsi atau Pelti kabupaten/kota yang menguasai aset pemerintah (lapangan, gedung atau lahan) yang daripada aset-aset itu bisa mendatangkan pendapatan rutin (dengan cara menyewakan sebagian ruangan dan atau lahan) lah yang biasanya punya uang Kas yang relatif cukup banyak. (Salah satu contoh dari Pelti jenis ini adalah Pelti kota Ternate, yang memiliki pendapatan rutin sekitar 8-10 juta perbulan atau Rp. 100 jutaan per tahun.
Kembali kepada bagaimana solusinya agar para petenis yunior/senior prestasi terutama yang tinggal di daerah dan relatif kurang mampu, bisa mengikuti turnamen tennis yunior/senior prestasi diluar daerahnya?.
Satu cara yang terpikir oleh kami (dari sudut pandang kami sebagai penyelenggara/pelaksana turnamen tennis) adalah dengan mendisain suatu turnamen tennis yunior/senior prestasi yang didalamnya senantiasa disisipkan satu atau dua kategori untuk para petenis senior atau veteran.
Dengan adanya sebuah turnamen atau pertandingan tennis junior/senior prestasi plus seperti ini di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan, maka insha Allah para maniak tenis (petenis senior atau petenis veteran) yang tertarik mengikuti turnamen itu jadi tergerak untuk memperhatikan dan atau tergerak untuk ikut menjadi sponsor (ikut membiayai) sebagian atau seluruh biaya perjalanan sang petenis yunior/senior prestasi yang tinggal satu daerah dengan mereka itu.
Para maniak tenis (petenis senior dan petenis veteran yang sering berkeliling NKRI untuk mengikuti pertandingan tenis senior/veteran atau hanya sekedar bertandang ke suatu kota secara rombongan untuk melakukan pertandingan persahabatan) adalah mereka yang rata-rata memiliki kecukupan dan atau kelebihan finansial.
Orang-orang seperti inilah yang diharapkan akan menjadi “bapak asuh seumur hidup” bagi para pemain terutama pemain tennis yunior yang kebetulan datang dari keluarga yg kurang mampu.
Kami, Rama Event Manajemen (REM) sebagai badan usaha yang bergerak antara lain di bidang konsultan perencana dan organizer acara mulai mengaplikasikan gagasan/ide tersebut dengan menyelenggarakan turnamen tennis bertajuk “WALIKOTA TERNATE CUP” yang insha Allah akan dilaksanakan pada tanggal 13 sampai dengan tanggal 21 Mei yang akan datang.
Kami menyisipkan dua kategori yang hanya insha Allah akan menarik bagi senior atau petenis veteran, yaitu kategori Ganda Milenial (pemain A berusia maksimal 39 tahun, dan pemain B berusia diatas 40 tahun), serta ganda Veteran dimana pemain A dan pemain B, berusia diatas 55 tahun.
Untuk senior umum juga terdapat dua kategori yaitu : Tunggal Seniuor Umum (maksimal 39 tahun) dan Ganda Umum (pemain A dan pemain B : maks. 39 tahun)
Insha Allah kedepan, Tunggal Senior umum itu akan kami bagi lagi menjadi dua kategori yaitu tunggal putra dan tunggal putri.
Demikian juga untuk yang Ganda Senior Prestasi. Kedepan akan kami bagi lagi menjadi 3 kategori, yaitu ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.
Dari sisi pembiayaan, sebuah turnamen itu akan makin besar biaya anggaran belanjanya jika makin banyak kategori yang dipertandingkan, terutama pada mata anggaran hadiah, bonus dan lainnya.
Jika masing-masing kategori (usia/gender) itu alokasi anggaran hadiahnya nya masing-masing Rp 15 juta saja, maka bila ada 5 kategori yang dipertandingkan maka untuk memenuhi mata anggaran Hadiah (untuk para juara 1, 2 dan 3), dibutuhkan biaya paling sedikit Rp. 75 juta (5 kategori X Rp 15 juta).
Jika organizer acara seperti kami ini adanya di kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau Makassar, maka insha Allah tidak akan terlalu menjadi masalah karna anggaran belanja untuk hadiah itu bisa dipenuhi dengan pemasukan atau pendapatan dari pihak sponsor (perusahaan lokal, nasional maupun multinasional) yang bersedia “membeli” paket sponsorship yang kami tawarkan kepada mereka.
Tetapi bila organizer seperti kami ini adanya di daerah yang relatif tidak terlalu banyak perusahaan (yang produknya berorientasi kepada pasar konsumen) berskala besar atau sedang, atau hanya ada perusahaan-perusahaan (tradisional/keluarga) yang kurang mengerti tentang manfaat dan benefit dari keikutsertaan mereka dalam mensponsori suatu acara (apapun), maka kami pada akhirnya akan menghadapi kesulitan juga dalam memenuhi kebutuhan anggaran untuk belanja hadiah bagi para juara itu.
Lain halnya jika pimpinan/pengurus Pelti provinsi atau Pelti kabupaten/kota yang relatif “kaya” adalah orang yang mengerti dan konsen terhadap prestasi (terutama) petenis jumior ini. Boleh jadi mereka akan bersedia sharing beban untuk anggaran belanja Hadiah itu.
Walikota Cup Ternate 2023, akan menjadi bukti dari sejauh mana gagasan untuk menyisipkan kategori pertandingan bagi petenis senior/veteran pada turnamen tennis senior prestasi ini, bisa sedikit “meringankan” beban pikiran dan psikologi dari para petenis yunior/senior prestasi Indonesia (terutama yang kurang mampu) terkait biaya perjalanan mereka untuk mengikuti suatu turnamen tennis di luar daerahnya.
Semoga Allah ridha pada apa yang sedang kami ikhtiarkan. Dan semoga pembaca artikel ini dapat mensupport kami dengan doa, agar kami senantiasa amanah dalam menunaikan tugas dan fungsi kami ini.
*) Penulis adalah Tournament Director dari “Walikota Ternate Cup” sekaligus Managing Director dari Rama Event Management (REM), Mantan Sekretaris Pelti Kota Ternate periode 2014-2019.(*)